Fortress Of Solitude

Ini hanya sebuah benteng, dimana semua rasa tersimpan. Dimana semua tumpah ruah dalam kata dan semua cerita yang tersisa untuk diceritakan.

My Photo
Name:
Location: Banda Aceh, Aceh, Indonesia

I'am a flying soul in the dark path of life. trying to touch the fantasy life as a human. I miss eternal...

Tuesday, September 13, 2005

Untuk Kau, Khayalanku.

Banyak yang harus kau pahami tentang sebab padi bisa menguning di sawah. Hari ini Kau telah meninggalkan itu sedikit. Tiada kata pamrih sebenarnya (dari Ku). Aku hanya ingin kau mencintaiku sedalam ketiadan Ku bersamamu yang mendorongmu untuk memekik ibarat seruni tertiup. Apakah orang tua yang membesarkan anaknya juga dikatakan pamrih ketika Ia ingin melihat anaknya menyayanginya? (tapi Aku bukan Orang Tua). Manusia lain memang seperti kereta kuda sebenarnya untuk Aku, Kau dan siapa saja. Merekalah yang telah mengantarkanku ke gerbang kegamangan hari ini. Bersama reruntuhan cakrawala, cobalah tatap kemana arah anak panah telah terlepas dari busurnya!, tepatkah di ulu hatiku, atau hanya meleset jauh dari busuknya kelopak mataku?

Mungkin masih banyak tumpukan naskah cerita tuhan yang harus ku selesaikan, entah dengan siapa Aku tak tahu. Ratap ini terus saja datang dari sebuah kekelaman yang berasal dari sesuatu yang tak pernah ku duga sama sekali. jauh diluar perkiraan, dan tak pernah tepat jika ku bayangkan. Aku hanya bisa melamunkan senja menarik jemariku kedalam tempayannya untuk kemudian memberiku sedikit minum. Karena yang paling Aku tahu bahwa cinta, nyamuk, darah dan planet ini sebenarnya bersaudara. Dalam kelopak udara bisa ku lihat betapa runcingnya sudut hatimu, yang telah membuat sudut baru dalam fikiranku untuk terus selalu mencarimu. Tapi hanya satu khayalan yang dapat menemukanmu di perbatasan tembok yang tinggi, ketika Kau merasakan betapa drama ini memang begitu pilu dan entah kapan berdenting indah.

Hari-hari yang ku tulis memang tak jauh dari dentangmu yang mengoyak-ngoyak fikiranku secara berkelanjutan dalam sebuah bentuk ketidakpastian. Dan, kalaulah sebuah kepastian akan meleburkan bentuk imajiner ini, maka tak dapat kubendung hujan kehancuran yang terus mendera dalam jiwaku yang tak memiliki sistem pengairan yang baik. Dan dapat dipastikan bahwa tahap selanjutnya adalah banjir. Tapi siapa peduli semuanya? karena mungkin dalam fikiranmu berkata bahwa Aku termasuk orang yang tak perduli jiwaku sendiri. Semua ini akan terus meruah dalam cinta yang mungkin tak kan pernah terwujud dalam perihnya masa Aku menunggu untuk menikmati semuanya dengan indah. Compang-campingnya penghargaanku juga telah merenggut sesuatu yang harusnya tak berakhir kemarin. Aku memang merasa mati tanpa Kau, dalam wujudnya yang mungkin belum bisa Kau pahami. Jika Aku terus menantikanmu, apakah masih ada tapak jalan untuk menujumu?, Aku tahu bahwa kerasnya hatimu telah meremukkan segala bentuk dasar yang Ku susun perlahan untuk kembali mencarimu. Aku terus menatapmu dalam keheningan yang membara ketika Aku tak lagi dapat menarik anggunnya jiwa dan jantungmu dalam hati, rasa, amarah dan pengharapanku tentang Kau. Maka apakah Aku harus pergi jauh dari batas hirupan nafasmu?.

Dan, Jika saat maut mengantarkan ajal untuk menyandingkanku dengan pencipta telah merangkak mendatangiku, dengan segenap kerelaan hati Aku kan pergi. Hatiku yang kebingungan ini akan membisikkan, "Aku selalu Cinta".
Written by : Altratimuri
untuk seseorang teman yang sangat mencintai wanita yang menyukai warna putih

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home