Fortress Of Solitude

Ini hanya sebuah benteng, dimana semua rasa tersimpan. Dimana semua tumpah ruah dalam kata dan semua cerita yang tersisa untuk diceritakan.

My Photo
Name:
Location: Banda Aceh, Aceh, Indonesia

I'am a flying soul in the dark path of life. trying to touch the fantasy life as a human. I miss eternal...

Friday, December 24, 2004

sebuah realitas masa lalu

tak kala masa lalu memanggilmu kembali
tuk lanjutkan esa yang tlah terlewatkan
membangun kembali reruntuhan
haruskah kau lari???

Tuesday, December 21, 2004

Dari Masa Lalu

Sahabatku, Masa lalu tak kan pernah mengajarkan padamu
apa yang harus kau lakukan, tapi ia pernah
mengajarkan padaku apa yang harus kita hindarkan.
Jangan kau lakukan kekeliruanmu lagi.

Monday, December 20, 2004

perjalanan

ngga terasa hampir seminggu aku berada di ibukota jakarta. begitu banyak fenomena sosial yang aku lihat dan rasakan.mulai dari cibubur sampai ke tangerang, menteng raya 58 sebagai bese camp PII di jakarta, kegedung nusantara. dan banyak hal lain yang aku lakukan. waktu seminggu aku habiskan di PPSDP Cibubur, setiap malam aku baru tidur setelah selesai pembahasan draft² Rapimnas. Dibilang kesepian sih ngga tapi aku di temani oleh sms dari kamu....setiap malam aku lalui dengan membaca kembali semua sms darimu. ketika aku bertanya ke kamu gimana buat ngilangin rasa kangen aku ke kamu. ehh kamu malah ngejawab tutup mata trus ngucapin nama kamu tiga kali pasti dech ilang kangennya. heeh....aku malah jadi lebih kangen dgn kamu.....
di bawah ini ada beberapa lagu yang aku dengerin selama disana en buat aku trus teringat dgn kamu

Tuesday, December 07, 2004

Renungan II

Bagian tubuh terpenting !

Di masa kecil dulu, Ibu acap bertanya kepadaku tentang bagian tubuh yang terpenting bagi kita, dan sepanjang waktu itu aku selalu mencoba-coba menebak jawaban yang kupikir paling benar.

Ketika kecil, pertama-tama yang kupikirkan sebagai hal terpenting dalam hidup adalah suara, maka aku berkata pada ibuku, telingalah yang terpenting.

Ibuku berkata, “Bukan, sebab banyak orang yang tuli. Tapi, teruslah berpikir dan saya akan tanyakan lagi hal ini padamu.”

Beberapa tahun kemudian, ia bertanya lagi padaku. Sejak saat terakhir kupikirkan saya mencoba menemukan jawaban yang lebih benar. Maka, kali itu kukatakan pada ibuku, “Pastilah mata, sebab penglihatan sangatlah penting.”

Ia menatapku, dan mengatakan bahwa aku belajar dengan cepat, tetapi jawabanku ternyata masih keliru sebab banyak orang di dunia ini yang buta.

Bertahun-tahun kemudian aku terus belajar dan ibu pun kembali menanyakan hal yang sama. Dan, selalu, ia memberikan tanggapan yang sama, “Keliru, tapi kau semakin bertambah pintar, anakku!”

Sampai tibalah waktu, tahun lalu, kakekku meninggal. Semua kami sedih, semua kami menangis. Bahkan ayahku pun menangis. Aku ingat peristiwa itu karena baru kedua kalinyalah kusaksikan ayahku menangis. Ibuku menatapku saat terakhir kami harus mengucapkan salam berpisah pada kakekku. Ia bertanya padaku,”Sudahkah kau tahu bagian tubuh terpenting kita, anakku?”

Aku sungguh kaget ia menanyakan hal tersebut saat itu. Saya tadinya berpikir ibu melakukan hal itu selama ini hanyalah sebagai permainan antara kami berdua. Ia tampak bingung menatap wajahku dan berkata, ”Pertanyaan ini sungguh sangat penting. Ini menunjukkan bahwa kau betul-betul hidup dalam kehidupanmu. Untuk tiap jawaban yang kau berikan dulu selalu kukatakan keliru dan kujelaskan alasannya. Tapi, hari ini, kau perlu memahami pelajaran penting ini.”

Ia menatapku dalam-dalam, tatapan seorang ibu. Kulihat air matanya menetes, dan berkata,” Anakku, bagian tubuh terpenting adalah bahumu.”

“Apakah karena dia menopang kepalaku?”

“Bukan, karena ia dapat menumpu kepala sahabat atau orang yang kita cintai pada satu titik dalam hidupnya, anakku. Aku hanya berharap kau cukup memiliki cinta dan sahabat yang akan menyediakan bahunya menjadi tumpuan saat kau menangis atau memerlukannya.”